Wilayah Sumbar Masih Berpotensi Hujan Ekstrem Saat El Nino

Sosial17 Dilihat

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi hujan ekstrem yang memicu banjir masih bisa terjadi di kawasan pesisir Sumatra Barat (Sumbar), meskipun ada fenomena El Nino.

“Pada umumnya El Nino menyebabkan kekeringan karena curah hujan rendah. Tapi khusus untuk wilayah pesisir Sumbar, potensi hujan ekstrem masih tetap ada,” kata Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Yudha Nugraha di Padang, baru-baru ini.

Hal itu, lanjut Yudha, disebabkan kawasan pesisir Sumbar mulai dari Pesisir Selatan, Padang, Padang Pariaman, Pariaman, Agam, hingga Pasaman, berhadapan langsung dengan laut yang menjadi penyuplai utama uap air.

“Jadi meskipun terjadi kondisi kering karena tidak terjadi hujan yang cukup lama, tetapi potensi terjadinya hujan ekstrem masih ada,” ujarnya.

BMKG memprediksi puncak fenomena iklim El Nino yang akan memicu cuaca panas ekstrem di Indonesia pada Agustus-Oktober 2023 dan akan berlanjut hingga awal tahun 2024.

Pengaruh El Nino terhadap Indonesia pada umumnya adalah membuat suhu permukaan air laut di sekitar Indonesia menurun yang berakibat pada berkurangnya pembentukan awan yang membuat curah hujan menurun, namun kandungan klorofil-a pada lautan Indonesia meningkat.

BMKG mencatat sejak Juli 2023, fenomena El Nino secara umum sudah dirasakan di Sumbar. Kondisi kejadian hari hujan lebih sedikit pada hampir sebagian besar wilayah provinsi itu.

Namun untuk wilayah pesisir barat, dia menambahkan, terjadi anomali karena secara akumulasi curah hujan juga meningkat lebih dari 300 ml.

“Anomali ini kembali ke sebab yang tadi, karena wilayahnya langsung berbatasan dengan laut, penyuplai terbesar uap air. Setelah beberapa hari cuaca panas terik, bisa tiba-tiba terjadi hujan ekstrem yang memicu banjir,” ungkapnya.

Karakteristik kawasan pesisir Sumbar yang unik tersebut, lanjut Yudha, harus menjadi perhatian pemerintah daerah (pemda) karena potensi bencana yang bisa terjadi menjadi lebih banyak.

“Pada satu saat bisa terjadi kebakaran hutan karena kekeringan, namun ada pula ancaman hujan ekstrem hingga banjir karena anomali cuaca,” tuturnya. GBM

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *