Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Pemprov Sumbar) menargetkan bisa meningkatkan jumlah kampung iklim pada tahun 2023 dengan menggandeng badan usaha dan perguruan tinggi.

“Tahun ini kita sudah menggandeng PT Semen Padang dan Universitas Negeri Padang untuk penguatan Program Kampung Iklim. Ke depan kita akan coba gandeng lebih banyak lagi badan usaha, sehingga akan muncul kampung iklim yang baru,” kata Gubernur Sumbar Buya Mahyeldi di Padang, Jumat (11/11/2022).

Dia menjelaskan, Program Kampung Iklim (proklim) adalah salah satu program yang strategis, karena tidak hanya meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk melakukan penguatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca, tapi juga memiliki dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.

Saat ini, jumlah kampung iklim di Sumbar sudah mencapai 155 unit, sejak mulai berpartisipasi dalam program tersebut pada tahun 2013. Sebagian besar kampung iklim telah mencapai tingkatan Madya dan Utama.

“Banyak hal yang bisa dikembangkan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam proklim. Pengembangan itu disesuaikan dengan potensi dan kearifan lokal,” ujarnya.

Di antara potensi yang bisa dikembangkan itu seperti ikan larangan di sungai atau kolam, pengelolaan sampah dari asalnya di tingkat jorong.

Pengelolaan sampah itu juga bisa dijadikan untuk ternak maggot dan pembuatan ecobrick (bata ramah lingkungan berbahan dasar sampah).

Menurut Gubernur Buya, semakin banyak kampung iklim yang terealisasi akan berdampak positif bagi daerah, karena pembangunan dari jorong akan berbasis lingkungan yang sekaligus bermanfaat untuk merawat kelestarian lingkungan.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumbar Siti Aisyah menuturkan, pola kemitraan dengan badan usaha dan perguruan tinggi sudah diterapkan pada Kampung Iklim Jorong Batu Kadurang Nagari Andaleh dengan program KKN Tematik.

Melalui program itu, badan usaha, yaitu PT Semen Padang menyalurkan CSR untuk penguatan proklim sementara pemerintah daerah dan mahasiswa UNP melalui KKN Tematik melakukan pendampingan kepada masyarakat.

“Salah satu yang kita kembangkan di jorong itu adalah membangun taman bacaan dari ecobrick. Taman bacaan itu memanfaatkan ruang di kawasan pohon Andalas (morus macraura) yang merupakan pohon endemik Sumatra,” tuturnya.

Ke depan, lanjut Siti, di kawasan ini akan terus dikembangkan bangunan yang berbahan dasar ecobrick. “Jadi masyarakat sekitar juga akan terdorong untuk mengelola sampah dari awal yang kemudian diolah menjadi ecobrick.”

Proklim adalah program berlingkup nasional yang telah dimulai sejak tahun 2011 dan dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Program itu ada dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk melakukan penguatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca.

Selain itu, juga untuk memberikan pengakuan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilakukan yang dapat meningkatkan kesejahteraan di tingkat lokal sesuai dengan kondisi wilayah. GM

Facebook Comments Box

Bagikan: