Dua Jorong Dapat Penghargaan Proklim Utama Tingkat Nasional dari KLHK

Nasional18 Dilihat

Jorong Rejosari Nagari Tiumang Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya dan Jorong Batu Kadurang Nagari Andaleh Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar memperoleh penghargaan bergengsi Program Kampung Iklim (Proklim) Tahun 2022.

Penghargaan tersebut diterima oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatra Barat Siti Aisyah dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar, di Ruang Rimbawan I Gedung Manggala Wanabakti KLHK, Jakarta, Jumat (28/10/202).

Kedua jorong/kampung itu dinilai telah berhasil melaksanakan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara berkelanjutan, sehingga potensi kerusakan akibat perubahan iklim berkurang, peluang yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dapat dimanfaatkan, dan konsekuensi yang timbul akibat perubahan iklim dapat diatasi.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatra Barat Siti Aisyah menyatakan, masyarakat Jorong Batu Kadurang Nagari Andaleh telah menerapkan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dengan kegiatan utama peningkatan ketahanan pangan melalui pemanfaatan lahan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman pangan.

Sebagian besar masyarakat Jorong Batu Kadurang melakukan budidaya bunga hias, terutama bunga Anthurium dan bahkan telah dipasarkan hingga ke Provinsi Riau.

Jadi, lanjut Siti Aisyah, pendapatan dari budidaya bunga hias ini telah meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu, Jorong Batu Kadurang merupakan lokasi tumbuhnya Pohon Andaleh (morus macraura) yang dilestarikan sebagai Flora identitas Provinsi Sumatra Barat.

“Saat ini, juga sedang dikembangkan kawasan pohon Andaleh sebagai taman bacaan tematik menggunakan ecobrick yang merupakan kerja sama antara pemerintah provinsi, PT Semen Padang, Universitas Negeri Padang dalam program KKN Tematik Kampung Iklim,” jelasnya.

Sementara itu, Jorong Rejosari dengan motor penggerak Kelompok Wanita Tani (KWT) Rejosari telah melakukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui kegiatan utama penerapan budidaya pertanian rendah emisi gas rumah kaca.

KWT telah menerapkan pertanian organik dan memproduksi pupuk organik untuk dipasarkan ke daerah sekitar bahkan sampai ke Provinsi Jambi.

Penerapan pertanian organik juga dilakukan dengan memanfaatkan lahan pekarangan, sehingga lahan pekarangan tidak dibiarkan kosong.

“Beberapa masyarakat Jorong Rejosari juga telah melakukan pengolahan sampah organik melalui maggot,” ungkap Siti Aisyah.

Selain penghargaan Proklim Utama, Provinsi Sumatra Barat juga meraih sejumlah penghargaan lainnya, yakni kategori Pembina Proklim Tingkat Provinsi, Pembinaan Proklim tingkat kabupaten/kota diraih oleh Kota Padang Panjang,

Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Padang Pariaman.

Kategori Pembinaan Proklim ini diberikan kepada pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) yang telah melakukan upaya pengembangan di daerah antara lain telah menerbitkan kebijakan/aturan/MoU pengembangan proklim paling sedikit dua tahun.

Selain itu, melakukan pembinaan yang ditunjukkan dan keberhasilannya dapat dilihat dari diperolehnya penghargaan kampung/jorong menjadi kampung iklim.

“Termasuk juga membuat perencanaan dan penganggaran yang berkelanjutan, membangun kolaborasi berbagai pihak antara lain OPD terkait, dunia usaha dan dunia pendidikan,” kata Aisyah.

Penghargaan lain juga diterima oleh 10 Lokasi Proklim di Sumbar berupa sertifikat dan lima proklim mendapat penghargaan sebagai Proklim Madya.

Kelima Proklim Madya tersebut adalah Jorong Aia Abu Nagari Limo Koto Kecamatan Bonjol, Pasaman, RW VII Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah, Padang dan RW 19 Kelurahan Pangambiran Ampalu Nan XX Kecamatan Lubuk Begalung, Padang.

Kemudian, Jorong Kampung Tarandam Nagari Siguntur Tua Kec. Koto XI Tarusan Kab. Pesisir Selatan dan Kampung Pasar Lama Nagari Pasar Lama Muara Air Haji Kec. Linggo Sari Baganti Kab. Pessel.

Sebagai informasi, Program Kampung Iklim (ProKlim) adalah program berlingkup nasional yang telah dimulai sejak 2011 dan dikelola oleh Kementerian LHK dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk melakukan penguatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca.

Selain itu, memberikan pengakuan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilakukan yang dapat meningkatkan kesejahteraan di tingkat lokal sesuai dengan kondisi wilayah.

Sumatra Barat telah berpartisipasi sejak tahun 2013 dengan jumlah kampung iklim hingga tahun 2022 sudah mencapai 155 lokasi kampung iklim.

Pada tahun 2023, Sumatra Barat ditargetkan memiliki 250 kampung/jorong telah melaksanakan dan ditetapkan sebagai kampung iklim.

Untuk itu, Pemerintah Sumatra Barat telah mengambil berbagai langkah dan strategi di antaranya koloborasi universitas, dunia usaha dan pemerintah provinsi dalam program KKN Tematik Kampung Iklim. GM

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *